SEKILAS TENTANG DESA MANDULA
SEKILAS TENTANG DESA MANDULA
A.
Pendahuluan
Desa Mandula
adalah salah satu Desa definitif yang masuk dalam wilayah Kecamatan Lembo Raya,
Kabupaten Morowali Utara. Mandula dulunya hanya sebuah Dusun kecil yang masuk
dalam Pemerintahan Desa Po’ona, akan tetapi dalam perkembangannya Mandula
dimekarkan menjadi Desa Definitif berdasarkan Peraturan Bupati Morowali No.8
Tahun 2004.
B.
Keadaan Geografis
Secara geografis Desa
Mandula sangat subur untuk pertanian dan perkebunan. Hal ini dapat dilihat dari
Sebagian besar masyarakatnya yang berprofesi sebagai petani. Berdasarkan sumber
yang penulis dapatkan, Desa Mandula terletak 100-200 Mdpl sementara luas Desa Mandula
adalah ± 60 Km2. Jarak Desa Mandula ke ibukota Kecamatan sekitar 13 Km, ke
Ibukota Kabupaten 51 Km, dan ke ibukota provinsi Sulawesi tengah sekitar 400
Km.
C.
Keadaan Demografi
Bisa dikatakan
bahwa penduduk di Desa Mandula tidak ada yang merupakan penduduk asli. Desa
Mandula berdiri di antara wilayah kampung Undoro (Po’ona Tua) dan Dolupo
(sekarang di kenal Dolupo Karya/Lawangke) yang merupakan anak Suku Mori Ulu
Uwoi. Sementara penduduk Desa Mandula pada awalnya merupakan pendatang dari
berbagai Desa di sekitar Kecamatan Lembo kala itu, seperti Desa Wawopada,
Uluanso, Beteleme, Kumpi, Ronta, Petumbea dan Po’ona. Selanjutnya disusul
dengan kedatangan etnis Toraja yang berpindah dari Sulawesi Selatan mengadu
nasib di Tanah Mori, salah satunya di Desa Mandula.
Berdasarkan Data
Desa, jumlah penduduk Desa Mandula sampai dengan bulan Juni 2023 adalah 701
jiwa, dengan jumlah 215 Kepala Keluarga, terdiri dari 385 jiwa laki-laki dan
316 jiwa perempuan. Dengan jumlah tersebut sex rasio di Desa Mandula adalah
123, yang artinya dalam setiap 100 jiwa perempuan terdapat 123 jiwa laki-laki.
Kemudian berdasarkan luas desa yang mencapai 60.00 Km2, maka kepadatan penduduk
di Desa Mandula adalah 11 Jiwa/Km2.
Sebagian besar
masyarakat Desa Mandula merupakan Suku Mori yang berasal dari beberapa Desa dan
anak suku yang berbeda-beda, antara lain To Roda, To Mobahono, To Watu, To
Molongkuni, dan sebagainya. Akan tetapi karena letak Desa Mandula berada di
wilayah anak suku to Ulu Uwoi, maka Hukum Adat yang digunakan adalah Adat Ulu
Uwoi. Selain Suku Mori, di Desa Mandula juga terdiri dari Suku Toraja, Bugis,
Makassar dan Bali. Dengan keberagaman etnis ini juga memengaruhi keragaman Ras
dan Agama di Desa Mandula. Jumlah pemeluk masing-masing agama dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
NO |
AGAMA |
JUMLAH |
PERSENTASE (%) |
1 |
KRISTEN |
610 |
87.02 |
3 |
ISLAM |
48 |
6.85 |
2 |
KATHOLIK |
24 |
3.42 |
4 |
HINDU |
19 |
2.71 |
|
JUMLAH |
701 |
100.00 |
Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Agama yang dianutnya
Sumber : Data Desa
Mandula 2023
D.
Mata Pencaharian
Keadaan geografis Desa
Mandula sangat mempengaruhi mata pencaharian masyarakat setempat. Masyarakat Desa
Mandula Sebagian besar bekerja sebagai petani mengolah sawah dan kebun. Karena
terletak di dataran rendah, iklim Desa Mandula sangat cocok untuk tanaman padi,
palawija, maupun tanaman tahunan. Selain itu, masyarakat Desa Mandula juga
bekerja sebagai petani karet dan sawit, sebagian besar masyarakat
menggantungkan hidupnya pada komoditas tersebut.
E.
Asal Usul Nama Desa “Mandula”
Dulunya di daerah
sekitar Desa Mandula hidup sebuah pohon Mundu (Garcinia Dulcis) yang
oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama pohon Mandula. Pohon ini memiliki
buah yang berwarna kuning keemasan jika sudah matang, dapat dikonsumsi dan
terasa asam-asam segar. Daunnya juga dapat digunakan sebagai rempah untuk
memberi rasa asam pada makanan.
Sekitar tahun 1930-1950an
sarana transportasi masih sulit, sehingga jika orang ingin melakukan perjalanan
biasanya hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Di bawah Pohon Mandula
inilah biasanya orang yang berjalan kaki singgah beristirahat bahkan melepas
dahaga dengan segarnya buah Mandula.
Dahulu di Desa Mandula
belum ada satupun rumah, hanya hamparan padang ilalang yang luas membentang.
Kemudian sekitar tahun 1983-1984 Pemerintah kala itu membangun sebuah Desa
Ressettlement di wilayah Mandula yang kemudian di huni oleh masyarakat dari
beberapa Desa yaitu : Wawopada, Uluanso, Beteleme, Kumpi, Ronta, Petumbea dan
Po’ona. Ketika Desa Ressetlement telah terbentuk, maka muncullah beberapa calon
nama yang akan disematkan. Kala itu, seorang masyarakat mengusulkan nama
“Lembowatu” yang dalam bahasa setempat artinya “Dataran Berbatu”. Namun Camat
kala itu Bapak Lamasigi yang sangat berpengalaman melakukan perjalanan dan
kerap kali singgah beristirahat di bawah Pohon Mandula, memutuskan untuk
memberi nama DESA MANDULA, sesuai dengan nama Pohon yang menjadi peneduh bagi
orang-orang yang singgah beristirahat.
Air Terjun Peratoa Desa Mandula (Sumber : Facebook/LemonCui Galaento) |
Padang Penggembalaan Desa Mandula 167 Ha (Sumber : Arsip Penulis) |
Penulis yang lahir
dan dibesarkan di Desa Mandula dapat menyimpulkan bahwa filosofi nama Mandula memberi
harapan bahwa Desa Mandula akan seperti Pohon Mandula yang selalu menjadi tempat
yang baik bagi orang-orang untuk tinggal dan melanjutkan kehidupan, Desa Mandula akan menjadi seperti Pohon Mandula yang senantiasa memberikan banyak manfaat
juga menjadi penawar dahaga bagi mereka yang kehausan.
Mandula, 29 Juni 2023
Penulis
CATRA LITRIA LINGKUA
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan
Universitas Tadulako
Semoga tahun2 mendatang ada sentuhan dana dari pemerintah untuk memaksimalkan hasil pertanian desa mandula dengan kucuran dana irigasi sistempipanisasi
BalasHapusSaya sebagai penduduk awal. Desa Resettlemen merasa salut kepada penulis tetaplahbersemangat menulis dan menggali sejarah untuk jadi pengstahuan bagi generasi berikut
BalasHapus